Stikesbethesda.ac.id–Ceria, gembira dan lucu. Begitulah gambaran wajah sekumpulan anak-anak saat berbaur di ruang Jean Watson STIKES Bethesda, pada Jumat pagi 29 Desember 2017. Mereka merupakan anak-anak dari karyawan dan dosen yang tengah memeriahkan perayaan Natal anak keluarga STIKES Bethesda.
Wajah polos dan lugu sebagian anak yang masih di bawah usia tiga tahun dan mungkin belum memahami makna Natal yang sesungguhnya, justru memberi warna tersendiri. Ekspresi kepolosan dari wajah dan senyum mereka menghiasi suasana Natal menjadi lebih meriah. Anak-anak larut dalam kegembiraan kala melantunkan kidung-kidung Natal sambil mengikuti gerakan badan dari pemandu. Para orangtua yang berbaur di ruang Jean Watson, tak jarang dibuat tersenyum melihat ekspresi dan ulah dari buah hati mereka.
Tak ketinggalan pula Ketua STIKES Bethesda Niken WN Palupi, S. Kep. M. Kes., ikut terlibat untuk membawa anak-anak pada suasana kegembiraan Natal. Setelah menyapa dan berkenalan dengan masing-masing anak, Niken Palupi membawa mereka tampil di panggung. Dengan antusias pimpinan STIKES Bethesda itu memimpin anak-anak menyanyikan lagu-lagu Natal. Diiringi hentakan musik, kidung pujian yang digaungkan anak-anak terdengar menggema sebagai simbol syukur atas hadirnya Natal.
Kehadiran Santa Klaus ditengah-tengah acara semakin melengkapi kegembiraan anak-anak dalam menyambut Natal. Dengan kostum laiknya di buku dongeng atau yang sudah biasa ditonton di film tentang Natal, Santa Klaus datang menyampaikan pesan Natal. Pesan tentang kasih terhadap sesama seperti yang diajarkan Yesus, dinarasikan Santa Klaus melalui kisah Petrus saat menolong seorang nenek yang sedang sakit. Dikemas dalam monolog yang menarik, cerita Natal yang disampaikan Santa Klaus membuat anak-anak tertegun mendengarnya. Namun ada kalanya mereka juga tertawa melihat tingkah lucu Santa Klaus saat membawakan cerita. Di akhir cerita Santa Klaus juga memberikan bingkisan sebagai hadiah Natal untuk semua anak-anak yang hadir di acara tersebut. Ada yang tersenyum ada yang sedikit malu-malu. Begitulah ekspresi dari masing-masing anak saat Santa Klaus memanggil mereka untuk menerima hadiah Natal. Di sela-sela acara tersebut anak-anak juga mendapat hiburan menyaksikan pertunjukkan wushu yang diperagakan Alfa, Ethan, dan Orchid. Ketiga anak ini tampil dengan gerakan-gerakan lentur yang merupakan cirikhas bela diri wushu.
Walaupun menghadirkan suasana yang meriah, namun Natal anak ini dikemas jauh dari kemewahan. Tidak ada pernak-pernik lampu di sudut ruangan atau hiasan panggung yang menggambarkan kemewahan. Anak-anak hanya disediakan alas tikar untuk berbaur bersama merayakan Natal. Konsep kesederhanaan inilah yang sengaja ingin disampaikan kepada anak-anak juga seluruh orangtua yang hadir. Melalui perayaan Natal ini STIKES Bethesda menegaskan bahwa Natal tidak identik dengan kebendaan atau hal-hal yang mewah. Belajar dari kesederhanaan Yesus yang terlahir di sebuah kandang domba, maka Natal hendaknya selalu dirayakan dengan kesederhanaan. “Setiap bentuk perayaan Natal, harus menggambarkan makna Natal. Natal atau kelahiran Yesus salah satunya gambaran sebuah kesederhanaan. Sebagai juru selamat Yesus bahkan rela dilahirkan di sebuah kandang domba. Kesederhanaan ini yang coba kami tularkan kepada anak-anak melalui perayaan Natal,” jelas penanggung jawab pelaksana Natal, Priyani Haryanti, S. Kep, Ns., M. Kep.