Stikesbethesda.ac.id- Dari sekian banyak lulusan STIKES Bethesda, beberapa diantaranya sukses menjalani karir profesinya di luar negeri. Eksistensi mereka sebagai perawat profesional mendapat respek di negara lain. Kanada, Belanda, Jepang, Singapura, dan Arab Saudi adalah sederet negara yang telah memberi tempat singgah kepada alumni STIKES Bethesda dalam meniti karir.
Adalah Elisabeth Risyana Putri satu diantara sekian lulusan STIKES Bethesda yang kini menjalani profesi perawat di luar negeri. Alumni STIKES Bethesda tahun 2003 ini, sekarang bekerja sebagai perawat spesialis dan asisten dokter di Viva Zorg Groep Beverwijk, salah satu rumah sakit di Amsterdam. Elisabet menikah dengan Yngve Sivle Pettersen, seorang kapten kapal pesiar berkewarganegaraan Norwegia. Dari pernikahannya mereka telah dikaruniai seorang anak bernama Samuel Risyanto Pettersen yang telah berusia empat tahun. Elisabet dan keluarganya menetap di Beverwijk Belanda, walaupun sebenarnya juga memiliki tempat tinggal di Oslo Norwegia.
Karirnya di negeri kincir angin, dimulai sejak tahun 2008 sebagai AU pair atau baby sister. Peluang kerja di Belanda didapat saat ia masih bekerja sebagai perawat bagian emergency di Rumah Sakit Siloam. Pada satu momen saat mengantar pasien pulang ke Pert Australia, ia mendapat informasi di Belanda ada lowongan kerja sebagai AU Pair atau baby sister. Kesempatan itu tidak ia sia-siakan. Mendapat support dari keluarga, Elisabeth segera mengirim surat lamaran. Setahun kemudian lamaran itu mendapat respon dari Belanda. Elisabeth pun mengikuti proses screening untuk menjadi tenaga AU Pair. Setelah tiga kali lolos screening, pada September 2008 untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Belanda dan mengawali karirnya sebagai AU Pair.
Mungkin diantara anda muncul sebuah pertanyaan, bagaimana mungkin seseorang memilih bekerja sebagai AU pair ketimbang sebagai perawat di Siloam. Bagi yang tidak menyukai tantangan, pertanyaan itu sesuatu yang wajar mengemuka. Tapi bagi Elisabet yang menyukai tantangan, tidak menganggap ada yang aneh dengan keputusannya. Di benaknya telah tertanam mindset bahwa untuk menjadi perawat yang sukses harus berani menunjukkan eksistensinya dimana pun dan kapan pun kesempatan itu ada.
AU Pair bukanlah tujuan akhir Elisabeth dalam memburu karir di Belanda. AU pair hanyalah pintu bagi dirinya untuk bisa tinggal dan bekerja di Belanda. Berbekal skill dan kapasitas intelektual yang ia dapatkan dari STIKES Bethesda—AKPER Bethesda ketika itu– dan didukung pengalaman kerja, ia percaya mampu mengembangkan karir profesinya di Belanda. Dan benar saja, ia pun berhasil mewujudkan impiannya. Setelah menyelesaikan kontrak satu tahun sebagai AU Pair, pada tahun 2010 ia diterima bekerja sebagai perawat di Rivalidasi Centrum Amsterdam. Pekerjaan ini hanya ia jalani satu tahun. Wanita yang gemar dengan tantangan ini sempat dua kali pindah pekerjaan sebelum akhirnya bekerja di tempat pekerjaannya sekarang. Pada September 2011 ia bekerja di sebuah panti jompo bagian psycho geriatry. Kemudian pada Maret 2012 ia pindah kerja di RS Amsterdam bagian rawat inap dewasa. Sempat off dari pekerjaan selama empat bulan karena melahirkan, pada Desember 2013 Elisabet kembali aktif bekerja di Viva Zorg yang dijalaninya hingga sekarang. Totalitas dan ketulusan dalam bekerja, membawa Elisabet menjadi salah satu perawat teladan di Viva Zorg. Skil dan keramahan yang ia tunjukkan saat bertugas, membuat banyak pasien merasa nyaman akan kehadirannya. Dari penuturannya, pernah beberapa rekan kerjanya menanyakan mengapa dirinya seolah menjadi idola bagi banyak pasien. “Pertanyaan seperti itu pernah muncul dari beberapa rekan kerja. Jawabnya simple saja, karena saya bekerja dengan hati yang tulus,” ujar Elisabeth. Berkat track reccord positif yang ia perlihatkan selama bekerja, ia pun kemudian dipercaya menjabat sebagai asisten dokter dirumah sakit tersebut. Jabatan ini hanya diperuntukkan bagi perawat yang telah menduduki strata 4. Di belanda, perawat strata 4 punya kewenangan lebih tinggi dalam melakukan tindakan dibanding perawat strata 2 dan 3. Grade sebagai perawat strata 4, didapatlan setelah ia menyelesaikan sekolah lanjutan selama setahun di Belanda.
Ditengah kesibukkannya sebagai perawat, Elisabeth masih sempat meluangkan waktu untuk menekuni pekerjaan lain. Tempat kerjanya yang lain adalah Zara, sebuah perusahaan fashion dari Spanyol yang berkantor pusat di Amsterdam. Di perusahaan ini ia menjabat sebagai asisten manager dan tengah dipromosikan untuk menduduki jabatan manager store.
Di sela-sela kepulangannya mengunjungi keluarga di Indonesia, beberapa waktu lalu Elisabeth menyempatkan diri datang ke STIKES Bethesda. Momen ini ia manfaatkan untuk berbagi pengalaman dengan mahasiswa STIKES Bethesda. Pengalaman kerja yang diwarnai berbagai tantangan, dipaparkan dihadapan mahasiswa yang memenuhi ruang Jean Watson. Dari kisah yang dibagikan, Elisabet berharap mahasiswa STIKES Bethesda punya motivasi dan kepercayaan diri untuk menjadi kompetitor tangguh di luar negeri. “Kalau saya bisa, mengapa tidak dengan adik-adik tingkat. Saya yakin lulusan STIKES Bethesda mampu bersaing di luar negeri. Saya percaya dengan kualitas pembelajaran di STIKES Bethesda, karena saya pernah belajar di sini. Yang penting ada kepercayaan diri dan kemauan untuk mengalahkan tantangan,” tegas Elisabeth.
Untuk mendapatkan peluang kerja di Belanda, dikatakannya mahasiswa sekarang perlu proaktif dalam mencari informasi. Pasalnya, sejak tahun 1997 sudah tidak ada lagi kerja sama luar negeri mengirim perawat ke Belanda. Informasi peluang kerja di luar negeri, bisa didapatkan salah satunya melalui kantor kedutaan negara bersangkutan. Perkembangan internet dewasa ini juga telah memberi kemudahan. Mahasiswa bisa mengakses berbagai web site untuk mendapatkan informasi yang duibutuhkan.