Stikesbethesda.ac.id— Mahasiswi STIKES Bethesda, Yohana Rambu Anarara Retang meraih juara kedua lomba essay nasional yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Gelar tersebut dianugerahkan kepada Yohana Rambu atas karyanya yang berjudul “Klinik Berjalan Jawaban Keluhan Masyarakat di Daerah Terluar, Tertinggal, dan Perbatasan”.
Hasil penilaian yang diumumkan pada tanggal 9 November 2019, essay karya Yohana mendapatkan nilai 88,5 berselisih satu setengah poin dari karya mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menempati juara pertama. Sementara itu juara ketiga ditempati mahasiswa Universitas Jenderal Sudirman dengan perolehan nilai 87,5.
Secara keseluruhan lomba essay melibatkan banyak peserta dari berbagai universitas dan sekolah tinggi di Indonesia. Universitas dan sekolah tinggi yang turut andil menjadi peserta diantaranya adalah Universitas Negeri Yogyakarta, Unversitas Air Langga Surabaya, Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Andalas Padang, Universitas Diponegoro, STIKES Notokusumo Yogyakarta, STIKES Muhammadiyah Gombong.
Lomba essay ini diselenggarakan dengan mengangkat tema “Inovasi Kesehatan Dalam Mencapai Sustainable Development Goal’s Tahun 2030”. Penyelenggara kemudian mengonversi tema ini menjadi beberapa sub tema. Essay karya Yohana yang membawanya meraih juara kedua merujuk pada subtema tentang “Inovasi Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Mudah, Menarik, dan Efisien Untuk Masyarakat Indonesia”. Gagasan yang dituangkan Yohana melalui karya essaynya, mengemukakan pentingnya kehadiran mobile klinik sebagai solusi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Gagasan ini terutama ditujukan bagi masyarakat di kawasan terluar, daerah perbatasan atau daerah tertinggal yang selama ini kesulitan mengakses layanan kesehatan pemerintah. Apa yang ia paparkan melalui karya essaynya ini sedikit banyak diilhami pengalaman pribadi saat berkunjung di salah satu daerah terpencil di NTT. “Ketika itu saya berkunjung di tempat saudara di NTT. Karena termasuk daerah terpencil, masyarakat di sana masih kesulitan mendapat layanan kesehatan. Diperlukan waktu tiga sampai empat jam untuk mengjangkau rumah sakit terdekat. Menurut informasi dari saudara saya, dalam beberapa kejadian ada pasien yang sudah meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Pengalaman ini menginspirasi saya memaparkan tentang pentingnya menghadirkan mobile klinik bagi masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal, terluar atau perbatasan,” terang Yohana. (bas)