Apa yang mewarnai perasaan dosen STIKES Bethesda, Ratna Puspita Adiyasa saat mengemban tugas mulia dari negara. Pada tanggal 17 Agustus lalu, dosen yang tengah menyelesaikan studi S2 di Trinity University of Asia Philipina ini, didaulat menjadi salah satu pengibar bendera pada upacara peringatan HUT RI ke-71 di KBRI Manila.
Tanggung jawab yang diberikan kepadanya mampu diemban dengan baik. Ratna bersama pengibar bendera lainnya melaksanakan tugas dengan sempurna, mengantarkan Merah Putih berkibar dengan gagahnya di langit atas Manila. Tugas lebih berat kembali diemban Ratna pada upacara penurunan bendera. Kali ini Ia didaulat menjadi pembawa bendera Merah Putih. Dari pangkuan tangannya Sang Merah Putih diserahkan kepada Duta Besar Indonesia Johny J Lumintang, untuk disimpan kembali di KBRI.
Menjadi pengibar bendera pada HUT RI di negara lain, tentu merupakan pengalaman berharga dan penuh makna bagi seorang Ratna. Dan berikut petikan seuntai cerita yang disampaikan Ratna dari Manila.
“Kesempatan ini merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Pengalaman berharga yang sebelumnya tidak pernah terpikir bakal melintas di perjalanan hidup saya. Bagi saya ini tugas negara yang sangat sakral dan harus saya persiapkan dengan sungguh sungguh. Harus ada pengorbanan waktu untuk mengikuti latihan selama dua bulan. Namun pengorbanan ini bukanlah apa-apa dibanding apa yang telah diberikan negara kepada saya.
Sungguh merupakan tugas yang membanggakan dan mengharukan. Menjadi pelaku sejarah mengantarkan Merah Putih berkibar di negara lain memberi nuansa dan makna yang dalam buat saya. Pengalaman ini semakin memompa nasionalisme dan tanggung jawab saya sebagai warga negara.
Ketika menatap dan memberi penghormatan kepada Merah Putih, saat itu saya sadar ada pesan luar biasa yang ingin disampaikan negara kepada kita. Seolah Merah Putih yang berkibar di langit Manila ingin mengatakan kepada kita semua “Laksanakan tanggung jawabmu dan jagalah martabatku di mata dunia”.
Pesan negara ini harus mampu kita emban dengan baik. Kemerdekaan yang diberikan negara, telah memberi kebebasan bagi kita untuk dapat menyalurkan segala bentuk ide, pikiran, gagasan dan inovasi di berbagai bidang. Kesempatan ini harus kita wujud nyatakan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih maju.
Negara tidak mengharuskan kita menjadi manusia super power yang mampu membangkitkan semangat dan tanggung jawab seluruh insan penghuni negeri. Marilah semua kita mulai dari diri kita masing-masing. Setiap pribadi pada dasarnya selalu diberi talenta dan kelebihan dari Tuhan. Kelebihan itu harus selalu kita gali dan kita kembangkan. Kita tidak boleh membiarkan bangsa ini terbuai dalam kondisi yang membawa Indonesia terus tertinggal dari negara lain. Pembangunan Indonesia tidak mungkin dilakukan secara individual. Harus ada tekad dan kesatuan hati dari semua lapisan masyarakat untuk mengantarkan negara siap bersaing dengan negara lain.
Sebagai tenaga dosen, tentu saya akan berusaha meningkatkan pengetahuan dan wawasan di bidang yang saya tekuni. Sudah barang tentu saya juga harus mampu mengaplikasikan ilmu demi kemajuan bangsa dan negara. Eksistensi negara telah memberikan kemudahan bagi saya menempuh studi di Philipina. Apa yang telah diberikan negara ini harus mampu saya jawab dengan karya melalui profesi yang saya tekuni,” pungkas Ratna diakhir cerita. (bas)