Stikesbethesda.ac.id—Bertempat di ruang Jean Watson (aula kampus), pada tanggal 5 September 2016 lalu STIKES Bethesda menyelenggarakan capping day yang diikuti 56 mahasiswa tingkat II dari program D3. Pemasangan cap dan penyematan pin secara simbolis kepada mahasiswa dilakukan langsung oleh Ketua STIKES Bethesda Niken WN Palupi S. Kp., M. Kes.
Capping day telah menjadi tradisi dalam dunia pendidikan keperawatan setiap akan menugaskan mahasiswa, untuk pertama kalinya melaksanakan praktik profesi keperawatan di rumah sakit. Seremonial capping day ditandai dengan pemasangan cap atau topi perawat kepada mahasiswi dan penyematan name tag atau pin kepada mahasiswa, yang telah menyelesaikan tahapan pendidikan mengenai materi keperawatan dasar. Seremonial ini menjadi simbol atau pengukuhan, bahwa mereka telah layak melaksanakan praktik sebagai bagian dari proses pembelajaran menjadi calon perawat yang mumpuni dalam menjalankan tugas.
Sebagai prosesi yang telah menjadi sebuah tradisi, capping day bukan hanya merupakan pintu masuk atau syarat bagi mahasiswa untuk mengikuti praktik. Seremonial ini juga tidak sekedar melambangkan kesiapan intelektual mahasiswa yang akan melaksanakan tugas praktik. Lebih dari itu dalam setiap penyelenggaraan capping day selalu ditekankan kembali nilai-nilai spiritual keperawatan yang harus diemban. Nilai nilai spiritual itu tertuang dalam janji “Florence Nigthtingale” yang diucapkan dan dimaknai oleh setiap mahasiswa. Melalui ikrar yang diucapkan, mahasiswa siap menjunjung tinggi marwah dari janji “Florence Nightingale”. Mereka akan menjalankan tugas dengan memegang teguh kode etik keperawatan.
Pasca capping day, terhitung per 6 September lalu mahasiswa langsung diterjunkan untuk melaksanakan praktik kurang lebih selama satu bulan. Penugasan praktik kepada seluruh peserta capping day dikonsentrasikan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. “Penugasan kami pusatkan di satu rumah sakit, karena praktik ini merupakan yang pertama kali untuk mahasiswa yang baru saja mengikuti capping day. Dan materinya baru mencakup tentang keperawatan dasar. Tetapi pada tahapan praktik di semester berikutnya, selalu kami konversikan ke beberapa rumah sakit,” jelas Kaprodi D3, Enik Listyaningsih, SKM., M.Ph.
Sebelum dikukuhkan dalam capping day, menurut Enik, setiap mahasiswa telah dibekali skill keperawatan melalui ujian preklinik. Ujian preklinik merupakan syarat mutlak yang harus diikuti mahasiswa, karena menjadi tolok ukur untuk menentukan standar kompetensi mahasiswa bersangkutan. Mahasiswa dinyatakan berhak mengikuti capping day apabila telah menyelesaikan atau lulus ujian preklinik.
Sedikit mengupas tentang janji yang diucapkan mahasiswa, janji “Florence Nightingale” merupakan ikrar dari Florence Nightingale, seorang pelopor atau tokoh dunia di bidang keperawatan modern. Ikrar itu menyangkut kode etik yang mendasari totalitasnya dalam mengabdikan diri di bidang profesi keperawatan. Ia merupakan perawat pertama yang mengabdikan diri untuk profesi keperawatan semasa perang Eropa, tepatnya perang Krimea pada tahun 1854. Florence juga dikenal sebagai ”lady with the lamp”, karena pada saat perang tersebut ia selalu membawa lentera di malam hari untuk mencari dan menyelamatkan korban perang. Pengabdianya semasa perang telah mengubah paradigma keperawatan yang semakin mendapat pengakuan di dunia modern. Ia juga merupakan tokoh yang meletakkan dasar-dasar penelitian keperawatan melalui obeservasinya selama perang berlangsung. Pada tahun 1860 ia mengembangkan pengabdiannya dengan mendirikan sekolah perawat khusus untuk kaum perempuan di London. (bas)