Stikesbethesda.ac.id–Sebuah lingkungan kerja selalu membutuhkan tim work yang solid untuk mewujudkan visi misi, atau pencapaian yang menjadi sasarannya. Tidak memandang apakah itu institusi formal atau non formal, kehadiran tim work yang solid mutlak dibutuhkan sebagai representasi dari keseimbangan dan sinergi dalam lingkungan kerja.
Dan seorang pemimpin tidak bisa sepenuhnya mempercayakan kepada sistem atau struktur di tubuh institusi untuk menciptakan keseimbangan di lingkungan kerja. Sesempurna apapun sistem yang dibangun, belum menjamin terciptanya tim work yang solid. Semangat kerja dan tanggung jawab setiap personal yang terlibat di dalamnya justru memberi pengaruh besar terhadap bentuk sinergi yang terbangun. Ketimpangan rasa tanggung jawab dan semangat kerja antar personal, sangat rentan menimbulkan hal-hal yang bersifat destruktif. Ujungnya bisa dipastikan target yang ingin dicapai tidak terwujud.
Disinilah perlunya pemimpin memberi penyegaran kepada karyawan agar memiliki semangat kerja seperti yang diharapkan. Ada berbagai pendekatan yang bisa dilakukan pemimpin terhadap karyawannya. Salah satunya melalui pendekatan kerohanian. Contoh seperti yang dilakukan Ketua Niken Palupi S. Kp., M. Kes., terhadap seluruh karyawan dan dosen STIKES Bethesda beberapa waktu lalu. Dalam rangka menyambut Natal, Ketua STIKES Bethesda tersebut menggagas dilaksanakannya penyegaran yang dikemas dalam bentuk kegiatan rohani di Wisma Syantikara pada tanggal 22 Desember 2017.
Penyegaran ini diikuti seluruh karyawan dan dosen, baik yang sudah berkeluarga berikut pasangannya maupun yang belum menikah. Pdt. Em. Dwi Edi Nugroho, M. Min. dan Pdt.Rena Sesaria Yudhita, M. Th, pada kesempatan tersebut diundang untuk memimpin jalanya acara. Kegiatan ini digagas bukan hanya sebagai media penyegaran rohani, tapi juga untuk me-refresh semangat kerja sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan. Menilik konten yang dibicarakan dalam setiap sesi, memang tidak secara praktis mengkaitkan individu dengan jabatan dan pekerjaan. Penyegaran yang diberikan lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat rohani untuk memotivasi peserta dalam melaksanakan perannya sebagai hamba Allah yang baik. Didasari firman dari Injil, siraman rohani dari pendeta menuntun peserta untuk mengingat kembali tanggung jawab di dalam kehidupannya.
Bagi peserta yang sudah berkeluarga, penyegaran ini seolah juga menjadi media konseling dalam membangun dan mempertahankan kebahagiaan keluarga. Dalam salah satu sesi ada sharing antara pendeta dengan peserta mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga. Sharing ini lebih ditujukan untuk me-refresh kembali apa yang menjadi ajaran Tuhan dalam membina dan membangun kebahagiaan keluarga.
Momentum kebangunan rohani yang didapat dari penyegaran ini, diharapkan bisa direpresentasikan seluruh peserta di setiap bagian kehidupan. Baik di dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja, setiap individu punya tanggung jawab menjadi hamba Tuhan yang baik. Terkait dengan pekerjaan, Niken berharap karyawan dan dosen termotivasi meningkatkan etos kerja karena memandang hal itu sebagai satu wujud pelayanan kepada Tuhan. “Di dalam tubuh institusi STIKES Bethesda mengalir semangat melayani, ‘peduli penuh kasih’. Beban pekerjaan yang ada, hendaknya selalu dipandang sebagai satu wujud pelayanan kepada Tuhan. Inilah salah satu tujuan dari penyegaran ini. Semua pribadi perlu mengingat kembali bahwa pekerjaan yang dihadapi merupakan sebuah pelayanan kepada Tuhan. Semua insan keluarga STIKES Bethesda, harus punya semangat melayani Tuhan. Jika ada ketulusan melayani Tuhan, maka semangat kerja tidak akan pernah surut,” jelas Niken.