Stikesbethesda.ac.id– STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta bekerjasama dengan Indonesia Bobath Pediatric Association (IBPA), menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk mengembangkan ilmu dan skill fisioterapis di Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan berupa seminar dan clinical course bobath pediatric atau pengobatan pada anak yang mengalami cerebral palsy dan motor delay. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 5-10 Januari 2024 bertempat di kampus STIKES Bethesda Yogyakarta .
Kegiatan ini diiikuti kurang lebih 60 peserta. Mereka adalah para fisioterapis yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain mayoritas fisioterapis dari Jawa, beberapa diantara peserta adalah fisioterapis dari Bali, Sumatera dan Kalimantan. Untuk memberikan out put maksimal yang bisa diraih peserta, dihadirkan pula pemateri dan instruktur yang ahli di bidang bobath pediatric. Selain Ketua IBPA Yohanes Purwanto ada tiga pemateri atau instruktur lain yang didatangkan dari luar negeri. Salah satunya adalah Mr Jung Sun Hong, PT. MPH dari Korea. Dia adalah senior internaisonal instruktur bobath pediatric sekaligus ketua Asian Bobath Pediatric Instructors Association. Dalam memberikan pelatihan Jung Sun Hong didampingi instruktur Korea lainnya Shim Sang Kyun. Satu pemateri lainnya yang berasali luar negeri adalah Estose Araceli Socorro dari Pilipina.
Setelah mengikuti seminar hari pertama, di hari berikutnya para peserta mengikuti clinical course bobath pediatric khususnya penanganan terhadap cerebral palsy. Cerebral palsy bisa diartikan kelainan yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan tubuhnya. Cerebral palsy merupakan disabilitas motorik yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak. Penyebabnya adalah perkembangan otak yang tidak normal sehingga mempengaruhi seseorang dalam mengontrol ototnya. Ada enam jenis atau variable cerebral palsy yang dikaji dalam pelatihan tersebut, yakni hemiplegia, quadriplegia, Athetosis, hypotonia, ataxia, dan spastic diplegia. Pelatihan ini memberi pembelajaran secara menyeluruh tentang cerebral palsy termasuk bagaimana cara menanganinya melalui treatment fisioterapi.
“Pelatihan ini menghadirkan pula pasien yang mengalami gangguan cerebral palsy sebagai contoh kasus. Dari contoh kasus ini peserta diajarkan mempraktikan treatment yang benar terhadap penderita cerebral palsy,” jelas panitia pelaksana Gian Lisuari Adityasiwi, SST, Ftr, M. Fis.
Gian Lisuari menambahkan bahwa rangkaian kegiatan ini merupakan program IBPA yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta sebagai tuan rumah atau penyelenggara. Utamanya bertujuan memberikan media atau kesempatan kepada fisioterapis di Indonesia untuk mengembangkan ilmu dan skillnya di bidang fisioterapi. Selain karena ilmu fisioterapi terus mengalami perkembangnan, seorang fisioterapis belum tentu pula menguasai semua variable atau spesialisasi di bidang fisioterapi. (bas)