Stikesbethesda.ac.id— Pengenalan dan pemahaman tentang kearifan lokal menjadi salah satu materi dari rangkaian kegiatan PKKMB mahasiswa baru STIKES Bethesda. Materi ini menjadi lebih menarik khususnya bagi peserta PKKMB, karena menghadirkan sinden kondang asal Sulawesi Tengah, Ellisha Orcarus Allasso.
Siapa yang tak kenal Elisha Orcarus Allasso. Ia adalah sinden kondang yang kerap mementasi panggung wayang kulit dari dalang-dalang tersohor. Elisha merupakan sosok sinden yang pintar mencurii perhatian penonton. Suaranya khas, halus dan melengking. Keberadaannya di atas panggung wayang kulit saat melantunkan tembang-tembang jawa selalu dirindukan penonton. Berkolaborasi dengan dalang ia menjadi sosok sinden yang mampu mengkesplorasi aksi panggungnya untuk memberikan dinamika tontonan yang lebih menghibur. Eksistensinya sebagai seorang sinden diterima luas olah masyarakat Jawa, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada Selasa 19 Sepetember 2023 lalu, Ellisha hadir ditengah-tengah ratusan peserta PKKMB. Laiknya tengah bersiap untuk pentas, ia menjumpai peserta PKKMB dengan dandanan khas seorang sinden. Ia tampil dengan pakaian khas budaya Jawa. Dengan dandanan rambut disanggul, ia mengenakan jarik dipadu kebaya warna biru. Ellisha hadir ditengah-tengah peserta PKKMB untuk menjadi nara sumber tentang kearifan lokal.
Satu jam perjumpaannya dengan peserta PKKMB ia manfaatkan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan bagaimana mengenal, memahami dan memposisikan diri terhadap kearifan lokal atau budaya setempat. Pertama menginjakkan kaki di kota Yogyakarta ia mengaku harus banyak belajar tentang budaya Jawa, misalnya soal etika seperti dalam berinteraksi dengan sesama. “Dalam budaya Jawa, kalau bicara sama orang lain terlebih kepada orang tua ada etikanya, atau tata krama. Dalam bahasa Jawa disebut unggah-ungguh. Saya belajar mulai dari hal-hal seperti itu Awalnya saya juga belum paham soal tata krama dalam berkomunikasi dengan bahasa Jawa,” terang Ellisha.
Sebagai seorang sinden, mengenal kearifan lokal adalah satu keharusan. Menurut lulusan S2 Psikologi tersebut, sebagai seorang sinden keberadaannya bisa diterima masyarakat salah satunya karena selalu belajar dan berusaha menempatkan diri sebagaimana persepsi budaya masyarakat setempat. “Tentu dengan tetap menjaga etika maupun attitude, sangat penting bagi seorang sinden untuk belajar mengerti dan memahami hiburan seperti apa yang diinginkan penonton. Dengan memahami budaya dan karakter masyarakat setempat, seorang sinden bisa belajar bagaimana memberikan tontonan yang menghibur yang bisa diterima masyarakat.” jelasnya.
Kepada peserta PKKMB, Ellisha juga mengingatkan akan pentingnya untuk membangun personal branding, agar terbangun persepsi positif dari orang lain terhadaip diri kita baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Dijelaskan personal branding merupakan upaya tentang bagaimana mengambil kendali atas penilaian orang lain terhadap seseorang. Disampaikan Ellisha kepada peserta PKKMB, sinden dan perawat sesungguhnya merupakan profesi yang beririsan. Baik sinden maupun perawat, sama-sama berprofesi menjual jasa kepada orang lain. Seorang perawat pun juga harus belajar tentang etika, karakater, maupun budaya masyarakat agar peran dan fungsinya bisa diterima masyarakat. “Sebenarnya sinden dan perawat sangat beririsan. Sama-sama menjual jasa. Kita harus belajar agar peran dari profesi kita bisa diterima oleh masyarakat. Tentu perawat ada etika, karakter, ada budaya masyarakat yang harus kita kenal dan kita pahami,” pungkasnya. (bas)